Pemilu dan Lembaga Survei dalam Kajian Psikologi Komunikasi

(Foto: istimewa)

Pemilihan Umum (Pemilu) ialah sebuah proses penentuan dalam mengisi sebuah jabatan di Pemerintahan. Sistem pemilu digunakan oleh negara-negara yang menerapkan sistem demokrasi di dalamnya, dan salah satu negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah Indonesia. Di mana rakyat merupakan penentu dalam pemilu karena rakyat bertugas untuk memilih siapa yang menjadi wakilnya di pemerintahan.

Di Indonesia pemilu yang akan diselenggarakan pada tahun 2024, bisa dibilang rentang waktu yang sangat singkat sehingga hari ini sudah banyak calon wakil rakyat yang sudah bergerak untuk bisa dipilih oleh rakyat, dimulai dari eksekutif seperti Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres), serta Calon Pemimpin daerah seperti halnya Bupati atau Walikota dan Gubernur. Selain juga ada calon anggota legislatif seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), baik dari tingkat pusat sampai daerah.

Pemilu 2024 sudah sangat dirasakan, suasana politik begitu sangat terlihat, entah di dunia nyata seperti pemasangan-pemangan baliho sampai ke dalam berita-berita menggunakan media offline ataupun online, hal tersebut sungguh sangat terlihat, khususnya dalam Pemilihan Capres dan Cawapres, diketahui saat ini yang terlihat ada tiga pasangan Capres dan Cawapres. Pertama ialah pasangan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar atau Cak Imin yang merupakan pertamakali mendeklarasikan diri sebagai pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden RI dan sudah mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Yang kedua adalah pasangan Ganjar Pranowo – Mahfud MD dan juga sudah mendaftarkan diri ke KPU. Sementara yang ketiga yaitu Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka sebagai pasangan calon yang mendaftarkan diri ke KPU, Rabu 25 Oktober 2023 hari ini.

Setiap pasangan calon sudah mulai bergerak dari sekarang, munculnya berita-berita perihal pasangan calon menandakan bahwa politik di Indonesia sudah sangat begitu dirasakan. Strategi dan taktik oleh tim koalisi sudah dirancang sebegitu rupa dalam memenangkan Pemilu, apalagi Prabowo yang secara pengalaman mencalonkan diri sebagai Capres sudah cukup matang dan memilih anak muda sebagai pasangannya. Setiap koalisi pastinya sudah memikirkan dengan matang dalam menentukan pasangannya dalam berjuang untuk memenangkan Pemilu 2024.

Perjalanan Pemilu 2024 yang hanya terhitung beberapa bulan lagi membuat setiap elemen bergerak dan juga menganalisis politik yang terjadi. Seperti Lembaga Survei, misalnya, yang sudah dari jauh-jauh hari turun ke masyarakat menganalisis pasangan mana yang paling tinggi suaranya, mengukur ektabilitas setiap calon yang sudah dimunculkan. Berbagai lembaga survei seperti Lembaga Survei Indonesia (LSI) telah melakukan survei ditanggal 16 -18 Oktober 2023 dan menghasilkan Prabowo Subianto memperoleh angka 35,8%, Ganjar Pranowo 30,9% diikuti oleh Anies Baswedan 19,7%.

Selain itu, dari Polling Institute men-survei  Prabowo 36,3%, Ganjar 32,4% dan Anies 20,0%. Ipsos Public Affairs yang dilakukan pada 22-27 Agustus 2023 di 24 Provinsi di Indonesia. Responden survei sebanyak 1.200 dan menghasilkan Ganjar Pranowo: 40,12%, Prabowo Subianto: 37,21% dan Anies Baswedan: 22,67%. Lembaga Survei Nasional (LSN) menghasilan Prabowo Subianto 40,7%, Ganjar Pranowo 31,4%, dan Anies Baswedan 22,1%. Masih banyak Lembaga Survei dalam menganalisis elektabilitas setiap calonnya, dari hasil yang sudah disebutkan Prabowo masih unggul di setiap Lembaga Survei walaupun ada dari Ipsos Public Affairs yang menghasilkan Ganjar diurutan pertama, akan tetapi Anies tetap di urutan ketiga.

Banyaknya lembaga survei yang telah melakukan analisis terhadap elektabilitas calon Presiden menjadikan pemberitaan media semakin dinamis, dan masyarakatpun ramai mengikuti perkembangan berita politik tersebut. Hasil yang ada di media massa membuat masyarakat bisa terdoktrin dengan berita tersebut karena hasilnya Prabowo yang unggul di lembaga survei, dan Anies selalu di poisisi ketiga. Akan tetapi Anies tetap percaya diri dalam memenangkan Pemilu 2024. Bahkan di beberapa tayangan media, Anies sering mengatakan bahwa dirinya memang selalu berada di posisi terbawah dalam survei. Dan ini tidak terjadi di Pemilihan Presiden 2024 saja, karena pada saat mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI sebelumnya, elektabilitas Anies selalu di urutan ketiga, akan tetapi hasilnya jauh terbalik dan Anies bisa memenangkan Pemilihan Gubernur di DKI Jakarta itu.

Penayangan berita tentang hasil elaktabilitas pasangan Capres dan Cawapres bisa menjadi sebuah peluru dalam mempengaruhi masyarakat. Seperti halnya yang terungkap pada karya Richard West & Lynn H. Turner dalam judulnya Pengantar Teori Komunikasi (Analisis dan Aplikasi) menjelaskan ada tentang Teori Ekologi Media yang dicetuskan oleh Herbert Marshall. Teori tersebut menjelaskan bahwa media memiliki peran dalam merubah cara berpikir dan sikap, ini menjadi sebuah senjata dalam penayangan berita di media massa. Selain itu juga dalam karya Prof. Dr. Khomsahrial Romli, M.Si,. dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Massa, disebutkan ada teori yang namanya Agenda Setting yang dicetuskan oleh Profesor Jurnalistik yaitu Maxwell McComb dan Donald Shaw. Tteori tersebut mengatakan bahwa media massa mempunyai kemampuan untuk memindahkan wacana dalam agenda pemberitaan kepada agenda publik.

Teori Agenda Setting menjelaskan bahwa media mempunyai peran dalam pemberitaan, dan memilih berita mana yang harus ditayangkan, ketika berita bisa dilakukan seperti hal tersebut, ada dugaan dan asumsi liar tentang titipan pemberitaan, ketika dikaitkan dengan Pemilu maka seseorang yang sudah condong ke salah-satu calon akan menyuruh media massa untuk menyiarkan berita yang akan menaikkan citra pasangan calon tersebut, termasuk dalam pemberitaan elektabilitas pasangan calon Presiden yang dilakukan oleh Lembaga Survei.

Selain itu karya Jalaluddin Rakhmat, dalam judul yang berjudul Psikologi Komunikasi menjelaskan bahwa komunikasi efektif itu apabila apa yang dikomunikasikan bisa diterima, bahkan lebih dari itu, seperti pikiran atau sikap bisa berubah. Dengan adanya hasil dari Lembaga Survei tersebut bisa menyerang psikologi masyarakat, bahkan tidak hanya masyarakat saja, namun pasangan calon juga bisa terkena psikologi atau menjatuhkan mental, seperti halnya Anies yang selalu dibawah dalam elektabilitas oleh Lembaga Survei, akan tetapi Anies tidak terpengaruhi oleh hal tersebut dan belajar dari survei ketika di DKI Jakarta, tapi hasilnya justru Anies yang memenangkannya.

Hal ini justru dianggap wajar bagi pasangan calon yang secara psikologi komunikasi digempur habis-habisan. Tetapi bagaimana dengan masyarakat yang setiap saat digempur oleh media massa dan media sosial perihal pemberitaan elektabilitas pasangan calon Presiden? ini menjadi sebuah ancaman bagi Anies dalam memenangkan Pilpres 2024 mendatang, ditambah media mempunyai peran yang sangat penting saat ini dengan segala informasi yang diterima oleh masyarakat baik melalui media massa dan media sosial. Paslon Presiden dan Wakil Presiden  yang secara Lembaga Survei memiliki tingkat elektabilitas rendah, harus bekerja keras untuk turun di masyarakat dan mengambil hati masyarakat.

Pemilu Indonesia 2024 yang kini tengah berproses semoga bisa berjalan dengan baik dan lancar. Dan demokrasi yang dicita-citakan bisa terwujud, baik  siapapun nantinya yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden, bisa membawa perubahan yang sangat signifikan untuk Indonesia. Ingat amanah Pancasila, terutama demi tercapainya sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. *** Ditulis oleh: Endang Suhendar/Sekretaris Umum HMI Cabang Tangerang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *